Rabu, 13 November 2019

Indonesia Instagram Users in 2019

Posted by Dzaki Mahadika On 02.42 No comments


Instagram is one of the most popular social networks worldwide. The platform reported one billion monthly active users in June 2019. Instagram is a popular platform for users to share selfies or other photographic content such as travel pictures, and to keep up with favorite athletes and celebrities.
Indonesians are known as the most active social media users in the world. The number of social media users in Indonesia is not small. In addition, the number of Indonesian internet users continues to increase. In fact, Indonesia is one of the countries with the most Instagram users.
The number of Instagram users in Indonesia surpasses Instagram users in Russia, Turkey and Japan.
Which country has the most Instagram users? The United States head the ranking of the countries with the most Instagram users with 110 million users of April 2019. Brazil was ranked second with 70 million Instagram users, the third rank is India with an audience of 69 million users, and after India, Indonesia is in fourth position with 59 million Instragram users. Here is the charts of Instagram Worldwide Users.



          Indonesia Instagram Users in 2019 has increased and decreased and then has increased again. Here is the chart of Indonesia Instagram Users in 2019.




From the data above, we conclude that highest peak of Indonesia Instagram users in 2019 is 62 million, lowest peak is 54 million and average Indonesian users of Instagram in 2019 is 58 million.


Minggu, 30 Agustus 2015

Cerpen Tentang Pengalaman Nyata-ku

Posted by Dzaki Mahadika On 10.00 2 comments
Pengalaman-ku Saat Kelas 8

                Ketika Aku menduduki bangku kelas 8 di sebuah sekolah menengah pertama di Indralaya, Aku mendapat pengalaman yang menyenangkan walaupun pengalaman itu berpadu dengan pengalaman yang menyedihkan. Di semester 3 masa-masa putih biru ini Aku banyak bergaul dengan teman-teman yang gokil dan menyenangkan, sebagian besar waktu-ku di kelas 8 ini aku habiskan untuk dunia persepak-bolaan. Dimana pada suatu waktu aku merasakan arti kekompakan, kebersamaan, dan persahabatan. Disitu aku juga melihat kecurangan dan kepengurusan yang tidak mementingkan keadilan, mereka hanya berdiam diri saja ketika melihat kecurangan yang terjadi. Apakah orang seperti mereka pantas digaji? Apakah semua orang Indonesia bersikap seperti itu? menurutku, jawabannya adalah “TIDAK”, masih banyak orang jujur yg mementingkan keadilan daripada orang yang menduduki kursi kepengurusan demi uang semata.
               Disaat aku pertama kali masuk bersama teman-teman dan wali kelas kami yang baru di kelas 8.6 kami memperkenalkan diri kami satu-persatu, setelah kami memperkenalkan diri, kami mulai beradaptasi dengan wali kelas kami yang baru, wali kelas kami bernama Evi Noprida, kami biasa menmanggilnya dengan panggilan “Ibu Evi”. Lalu pada waktu bel istirahat berbunyi, Ibu Evi pun kembali ke ruang guru dan kami pun pergi ke kantin sekolah ramai-ramai. Setelah selesai membeli makanan dan minuman di kantin sekolah, kami pun kembali ke kelas untuk memakan makanan dan minuman yang telah kami beli di kantin tadi. Secara tidak langsung kami beradaptasi dengan sendirinya. Pada keesokan harinya kami kembali ke sekolah untuk menyusun perangkat kelas. Perangkat kelas biasanya dipilih dengan cara divoting. Tapi pada saat itu, Ibu Evi langsung menunjuk orang yang dia percayakan untuk menjadi ketua kelas, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Dengan melihat wajah murid di kelas 8.6, Ibu Evi itu pun langsung menunjukku untuk menjadi ketua kelas di kelas itu. Aku sangat terkejut ketika Ibu Evi memilihku untuk menjadi ketua kelas selama 1 tahun di kelas 8.6, Ibu Evi menunjuk teman-ku yang bernama Tri Bintang Utama (panggil saja “Bintang”) untuk menjadi wakilku selama 1 tahun di kelas 8.6, Amelia Ramadhani (Amel) ditunjuk Ibu Evi menjadi sekretaris. Dan yang terakhir, Ibu Evi menunjuk Adelia Jesika (Adel) sebagai bendahara pada saat itu. Sebenarnya aku kurang yakin dengan jabatanku pada saat itu, tetapi aku berhasil belajar banyak dari mantan ketua kelas 7.2 atau wakil ketua kelas 8.6 yang biasa dipanggil Bintang tadi. Singkat cerita, aku bisa dikatakan berhasil menjabat sebagai ketua kelas selama 2 semester di kelas 8.6 berkat bantuan Bintang dan dukungan dari teman-teman yang lain. Di kelas 8, aku mengikuti ekstrakulikuler sepakbola bersama sahabat-sahabatku yang setia berteman denganku selama 1 tahun di kelas 7, pada Februari 2015 diadakan seleksi pemain untuk mewakili sekolah mengikuti turnamen LPI. Jika diingat-ingat diturnamen LPI 2014, aku terpilih sebagai salah satu winger di squad Spensa FC pada kelas 7. Tetapi saat kelas 7, kami tidak berhasil menembus tingkat kabupaten, karena kalah dengan rival kami di pertandingan final tingkat kecamatan dengan skor yang cukup telak 7-3. Anggap saja itu sebagai pengalaman untuk menjadi lebih baik pada turnamen LPI 2015.
               Pada pengumuman pemain yang diikut sertakan dalam squad LPI 2015 ternyata nama-ku kembali masuk ke dalam squad pilihan pelatih bersama sahabat-sahabatku yang pada tahun 2014 tidak terpilih dalam squad Spensa FC yang akan mewakili SMP-ku mengikuti turnamen LPI. Pada turnamen LPI 2015, aku menggeser posisiku dari winger menjadi posisi striker. Pada laga ujicoba aku selalu dimainkan pelatih di posisi striker dan disetiap laga, aku selalu mencetak gol, paling sedikit aku mencetak 1 gol di setiap laga. Ketika turnamen LPI tingkat kecamatan digulirkan, pihak sekolah kami tidak memberi dana makan dan ongkos untuk pergi ke lapangan pertandingan padahal dana yang diberikan pemerintah daerah setempat kepada pihak sekolah lebih dari cukup untuk membeli makan 17 orang di squad kami, membeli 3 kostum baru, dan ongkos pulang-pergi ke lapangan pertandingan. Terpaksa kami memakai kostum LPI tahun lalu yang berdesain klasik dan longgar bagaikan kostum dengan satu ukuran yang sama untuk ke-17 orang yang terpilih kedalam squad Spensa FC. Dengan berat hati juga kami harus membayar ongkos per-orangan dan membeli makan dengan uang yang diberikan orang tua kepada kami. Pada turnamen LPI tingkat kecamatan, ada 4 sekolah yang mendaftar untuk mengikuti persaingan demi mewakili kecamatan Indralaya Induk termasuk sekolah kami. Pada pertandingan pertama, kami dipertemukan kembali dengan rival berat yang telah membantai kami pada tahun 2014, SMPIT RU. Pada saat itu, dendamku mulai membara, semangatku berkobar, dan nafsu gol-ku langsung naik drastis. Walaupun pada saat itu, bek dari SMPIT RU tergolong memiliki postur badan yang besar, tetapi aku tetap berusaha percaya diri dengan kemampuanku mengolah si kulit bundar itu. Tak disangka, gol pertama pada pertandingan ini dicetak oleh diriku sendiri pada menit 20, dengan sangat bangga aku merayakan gol ini dengan selebrasi sujud syukur. Tak lama kemudian SMPIT RU menyamakan kedudukan melalui Playmaker yang dimiliki tim mereka, pada detik-detik akhir menit babak pertama, SMP IT membalikkan keunggulan menjadi 2-1. Pada istirahat halftime, kami diberikan instruksi oleh pelatih dan kembali memasukki lapangan untuk memulai babak ke-2. Jual beli serangan pun terjadi pada pertandingan ini, sampai pada menit 79, aku kembali menyamakan skor menjadi 2-2 dan kedudukan itu pun tetap bertahan hingga pluit panjang dibunyikan. Kedua tim dari kubu SMPIT dan kubu kami harus puas berbagi masing-masing 1 poin. Di pertandingan kedua, melawan SMP  Rambang Kuang kami memenangkan pertandingan dengan skor telak 8-0. Di pertandingan melawan Rambang Kuang, Aku kembali menyumbang gol kemenangan dari Spensa FC. Dan dipertandingan lain, SMPIT berhasil memenangkan pertandingan melawan SMP Tanjung Agung dengan skor yang cukup banyak, 7-3. Dipertandingan terakhir kami, tim kami dipertemukan dengan SMP Tanjung Agung, pada babak pertama, kami ditahan imbang Tanjung Agung dengan skor 2-2, dan pada babak kedua Aku mulai menguras habis semua tenaga demi kemenangan dari Spensa FC, alhasil aku berhasil mencetak 3 gol dan merubah skor menjadi 5-2, lalu teman-temanku berhasil menambah 2 gol lain yang menambah skor menjadi 7-2. Pada pertandingan terakhir SMPIT, poin yang mereka kumpulkan hanya tertinggal 3 poin dan jika mereka menang dengan skor yang lebih banyak maka mereka akan mewakili kecamatan untuk mengikuti turnamen LPI tingkat kabupaten, di partai terakhir mereka dipertemukan musuh yang dikatakan sebagai “tim terlemah” pada saat kompetisi itu yang pada pertandingan kedua kami bantai dengan skor telak 8-0. Disaat itu, kami hanya duduk manis sebagai penonton dan berdoa agar Rambang Kuang dapat menahan imbang SMP IT, tak disangka, kiper dan bek dari Rambang Kuang bermain sangat baik dengan menyelamatkan 2 tendangan pinalti yang ditendang oleh sang kapten dari SMPIT. Babak pertama pun diakhiri dengan skor kacamata, disaat itu, seluruh squad kami ramai-ramai mendukung Rambang Kuang agar lebih semangat untuk melawan tim dari SMPIT itu. Waktu terus berjalan, kami terus mendukung Rambang Kuang dan alhasil babak kedua pun masih bertahan dengan skor 0-0. Kami pun merayakan kemenangan kami yang sudah lama tidak terulang kembali. Kami berpesta dilapangan itu, mungkin orang yang tidak pernah bermain bola dan mengikuti turnamen seperti ini tidak pernah merasakan kebahagiaan setelah menguras habis stamina diatas lapangan hijau. Karena kami berhasil memenangkan pertandingan ini, kami menjadi wakil kecamatan untuk mewakili kecamatan Indralaya Induk berlaga di Tanjung Senai (nama daerah yang dilaksanakannya pertandingan LPI tingkat Kabupaten).
               Dikala kami memasukki tingkat kabupaten, pihak sekolah kembali diberi dana yang terbilang cukup banyak, tetapi kami tetap tidak diberi kostum, makan, dan uang ongkos pulang-pergi. Abaikan saja masalah keuangan yang dipegang pihak sekolah yang tidak mementingkan untuk memberi motivasi kepada para pemain yang telah berjuang sekuat tenaga untuk memberi yang terbaik untuk Spensa FC. Pada pertandingan pertama di Tanjung Senai kami memenangkan pertandingan dengan skor 3-0, 1 gol diantaranya dicetak oleh kakiku sendiri. Kemudian di pertandingan kedua kami memenangkan pertandingan dengan skor 2-0, dipertandingan ini Aku mencetak 1 gol dan 1 assist. Di pertandingan ketiga (semifinal), diadakan pertukaran ijazah tim Spensa FC dan tim dari SMP Tulung Agung. Ada dua pemain mencurigakan, dimana satu pemain yang berpostur layaknya anak SMA, dan satu lagi, ada satu pemain lain yang memakai ijazah dengan foto yg sama sekali tidak mirip dengan wajah asli pemain itu, diperaturan LPI, seharusnya jika ada salah satu pemain melebihi batas umur ataupun memakai data palsu maka tim itu harus didiskualifikasi, tetapi panitia kompetisi itu hanya diam saja dan membiarkan mereka bermain melawan kami, pada waktu itu, posisiku sebagai striker digeser ke winger karena pemain yang baru masuk squad Spensa FC di tingkat kabupaten. Semangat bermainku pun mulai melemah karena bek musuh bagaikan mempunyai stamina yang tiada habis-habisnya. Keadaan mental pemain di tim kami melemah karena insiden tadi (panitia tidak melakukan tindakan terhadap tim lawan). Alhasil pertandingan selesai dengan skor telak 4-0. Disaat wasit membunyikan pluit panjang, jantungku serasa ada yang menusuk hingga airmataku keluar menetes dengan sendirinya. Terbaring lemah diriku ditengah lapangan hijau, bagaikan usaha yang telah kami perjuangkan selama itu hanya sia-sia saja. Semua raut wajah yang biasa terlihat bahagia kini menjadi wajah yang sedih dan berlinang air mata. Kami gagal membanggakan nama SMP yang aku duduki saat itu dan kami gagal melanjutkan perjuangan ke tingkat provinsi. Tapi lama-kelamaan rasa sedih itupun mulai menghilang karena berjalannya waktu, kami dapat belajar kebersamaan dari kompetisi ini, walaupun banyak kesedihan yang diberikan kepada kami.
               Seandainya kami menang LPI tingkat kabupaten, kami akan melanjutkan perjuangan itu, dan Aku pun takkan pindah ke sekolah yang saat ini aku duduki, SMPN 16 Bandung. Tapi takdir berkata lain, anggap saja ini adalah pengalaman agar menjadi lebih baik untuk masa mendatang. Karena ini Aku juga bisa tahu, betapa egoisnya para pemegang jabatan yang mementingkan kepentingan sendiri. Aku berharap sifat orang yang seperti itu tidak ada di Kota Bandung tercinta ini.


Karya : Dzaki Mahadika

Jumat, 16 Agustus 2013